Penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik agar
mendapatkan informasi yang tepat dan bermanfaat
dalam
perbaikan proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar yang kurang baik meng- akibatkan informasi yang didapatkan
juga
kurang tepat sehingga
tidak tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Penilaian berperan
sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil belajar peserta didik (Docktor dan Heller, 2009). Dewasa ini
metode
penilaian hasil belajar yang dilakukan
oleh guru masih menggunakan
metode penilaian
dengan teknik tes saja.
Metode penilaian hasil belajar dengan teknik tes tidak mampu mengukur semua aspek
dalam belajar karena tes
hanya dapat
mengungkapkan kompetensi pengetahuan (Ovianti, 2013). Salah satu bentuk penilaian yang menekankan ketiga kompetensi di atas melalui
sebuah penilaian yang menitik beratkan pada proses pembelajaran bukan pada hasil adalah penilaian autentik.
Penilaian
autentik sebagai kegiatan
menilai
peserta didik
yang menekankan
pada apa yang seharusnya dinilai, baik
proses maupun
hasil dengan berbagai instrumen
penilaian yang disesuaikan
dengan tuntutan kompetensi (Kunandar, 2013). Tujuan dari penilaian autentik adalah
untuk memberikan
informasi yang valid dan
akurat tentang apa yang diketahui serta
dapat dilakukan oleh peserta didik
(Mundilarto, 2010). Berikut adalah prinsip-prinsip umum penilaian otentik.
a.
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses
pembelajaran (a part of, not apart from, instruction)
b.
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real
world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).
c.
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d.
Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)
-
Pada
pelaksanaan penilaian hendaknya tujuan penilaian
diarahkan pada empat (4) hal berikut.
- Keeping track, yaitu
untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan
rencana.
- Checking-up, yaitu untuk
mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses
pembelajaran.
- Finding-out, yaitu untuk
mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan
kesalahan dalam proses pembelajaran.
- Summing-up, yaitu
untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai.
Adapun
manfaat dari penilaian autentik ini adalah:
1. Penggunaan penilaian autentik memungkinkan
dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai
indikator capain kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian yang hanya mengukur
capaian pengetahuan yang telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak
langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut pembelajar untuk berunjuk kerja
dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga
mencerminkan penguasaan dan keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut
bersifat langsung, langsung terkait dengan konteks situasi dunia nyata dan tampilannya
juga dapat diamati langsung. Hal itu lebih mencerminkan tingkat capaian pada
bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa target,
pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan menyusun
kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret dan dengan topic
aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
2. Penilaian
autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil
belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa
yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan
mengingat saja yang kurang bermakna. Dengan penilaian autentik pembelajar
diminta untuk mengkonstruksikan apa yang telah diperoleh ketika mereka
dihadapkan pada situasi konkret. Dengan cara ini pembelajar akan menyeleksi dan
menyusun jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi
yang dilakukan agar jawabannya relevan dan bermakna.
3. Penilaian
autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan
penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam pembelajaran
tradisional, juga model penilaian tradisional, antara kegiatan pengajaran dan
penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau sengaja dipisahkan. Namun,
tidak demikian halnya dengan model penilaian autentik. Ketiga hal tersebut,
yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan guru menilai capaian
hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian yang memang sengaja didesain
demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik dan pembelajar aktif
mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan terhadap penguasaan topik
itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk berunjuk kerja mempraktikkannya
dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.
4. Penilaian
autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya,
unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model ini
memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang
menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan penilaian tradisional,
misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi satu cara untuk menjawab
dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban pembelajar
dengan model ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi
itu menutup kreativitas pembelajar untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya.
Padahal, unsur kreativitas atau kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang
harus diusahakan ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.
Dalam
pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau
gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa
yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta
didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa
yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan
bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta
didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis,
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya
menjadi pengetahuan baru.
Permasalahan: Dari
penjabaran di atas, penilaian autentik sangat penting untuk diterapkan dalam
menilai hasil pembelajaran karena dapat mendukung
kemajuan belajar peserta didik , akan tetapi hanya sedikit guru yang dapat
menerapkan penilaian autentik khususnya pada pembelajaran kimia. Apa saja
faktor penyebab guru kesulitan dalam menerapkan penilaian autentik ini?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusketerbatasan waktu dan kurangnya kesadaran guru untuk menerapkan penilaian autentik tersebut. karena penilaian autentik terkesan ribet bagi guru. juga dapat menyita waktu yang cukup lama
BalasHapusMenurut saya keterbatasan waktu bukanlah hal yang sangat mengganggu mebuat guru untuk kesulitan dalam penilaian auntentik, akan tetapi kurangnya kesadaran guru akan pentingnya penggunaan penilaian autentik sehingga bisa dapat mengukur kebarhasilan siswa secara gamblang dan terbuka
BalasHapus