Selasa, 14 Maret 2017

Sistem Penilaian Autentik tentang Pembelajaran Kimia di SMP dan SMA

Penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan  baik  agar  mendapatkan informasi yang tepat dan bermanfaat dalam perbaikan proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar yang kurang baik meng- akibatkan informasi yang didapatkan juga kurang tepat sehingga tidak tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil belajar peserta didik (Docktor dan Heller, 2009). Dewasa ini metode  penilaian  hasil  belajar  yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode penilaian dengan teknik tes saja. Metode penilaian hasil belajar dengan teknik tes  tidak  mampu mengukur semua aspek dalam belajar karena tes hanya dapat mengungkapkan kompetensi pengetahuan (Ovianti, 2013). Salah satu bentuk penilaian yang menekankan ketiga kompetensi di atas melalui sebuah penilaian yang menitik beratkan pada proses pembelajaran bukan pada hasil adalah penilaian autentik.
           
            Penilaian autentik sebagai kegiatan menilai  peserta  didik   yang  menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan   tuntutan   kompetens (Kunandar, 2013). Tujuan dari penilaian autentik adalah untuk memberikan informasi yang valid dan akurat tentang apa yang diketahui serta dapat dilakukan oleh peserta didik (Mundilarto, 2010). Berikut adalah prinsip-prinsip umum penilaian otentik.
a.        Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction)
b.       Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).
c.       Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d.       Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik)
-  
 Pada pelaksanaan penilaian  hendaknya tujuan penilaian diarahkan pada empat (4) hal berikut.
-  Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
- Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran.
- Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
-  Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai.

Adapun manfaat dari penilaian autentik ini adalah:
   1.   Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian yang hanya mengukur capaian pengetahuan yang telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut pembelajar untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga mencerminkan penguasaan dan keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut bersifat langsung, langsung terkait dengan konteks situasi dunia nyata dan tampilannya juga dapat diamati langsung. Hal itu lebih mencerminkan tingkat capaian pada bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa target, pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan menyusun kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret dan dengan topic aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
2.      Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang kurang bermakna. Dengan penilaian autentik pembelajar diminta untuk mengkonstruksikan apa yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret. Dengan cara ini pembelajar akan menyeleksi dan menyusun jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan agar jawabannya relevan dan bermakna.
3.      Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam pembelajaran tradisional, juga model penilaian tradisional, antara kegiatan pengajaran dan penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau sengaja dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan model penilaian autentik. Ketiga hal tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan guru menilai capaian hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian yang memang sengaja didesain demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik dan pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan terhadap penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk berunjuk kerja mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.
4.      Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model ini memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan penilaian tradisional, misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi satu cara untuk menjawab dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban pembelajar dengan model ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu menutup kreativitas pembelajar untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur kreativitas atau kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan  informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Permasalahan: Dari penjabaran di atas, penilaian autentik sangat penting untuk diterapkan dalam menilai hasil pembelajaran  karena dapat mendukung kemajuan belajar peserta didik , akan tetapi hanya sedikit guru yang dapat menerapkan penilaian autentik khususnya pada pembelajaran kimia. Apa saja faktor penyebab guru kesulitan dalam menerapkan penilaian autentik ini?


                               



3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. keterbatasan waktu dan kurangnya kesadaran guru untuk menerapkan penilaian autentik tersebut. karena penilaian autentik terkesan ribet bagi guru. juga dapat menyita waktu yang cukup lama

    BalasHapus
  3. Menurut saya keterbatasan waktu bukanlah hal yang sangat mengganggu mebuat guru untuk kesulitan dalam penilaian auntentik, akan tetapi kurangnya kesadaran guru akan pentingnya penggunaan penilaian autentik sehingga bisa dapat mengukur kebarhasilan siswa secara gamblang dan terbuka

    BalasHapus